Bab Al Manshuubaat Ihtisar Nahwu

Aug 10, 2016 | | Say something

Inilah Bab Al Manshuubaat Ihtisar Nahwu. BAB. VI Al Manshuubaat (المنصوبات) dalam ilmu nahwu. Yaitu isim-isim yang dibaca manshub, jumlahnya ada 15, yaitu:

1. Al Maf’ul Bihi ( المفعول به )

Yaitu isim manshub yang terkena pekerjaan. Kita mungkin masih ingat jumlah fi’liyah, maka salah unsurnya adalah maf’ul. Contoh: Hamid memukul anjing. ضرب حامد كلبًا.

كلبًا al maf’ul bihi manshub dan tanda nashobnya fathah.

Maf’ul bihi juga bisa berupa dhomir, contoh: Hamid memukulnya. ضربه حامد.

Dhomir ( ـه ) yang bergandengan dengan ضرب adalah maf’ul bihi. Dhomir-dhomir ini adalah mabniy tapi mereka mempunyai tempat dalam I’rob. Dan ketika menjadi maf’ul bihi mereka di tempat nashob karena maf’ul bihi.

Dhomir-dhomir yang selalu bergandengan dengan fi’il ini disebut dhomir muttashil. Jumlahnya ada 12, yaitu:

ضربنَا ,ضربنِي ,ضربكنَّ ,ضربكِ ,ضربكم ,ضربكما ,ضربكَ ,ضربهنَّ ,ضربها ,ضربهم ,ضربهما ,ضربه

Contoh-contoh I’rob:

  • ضرب زيد بكراً.
    ضرب: فعل ماض مبني على الفتح.
    زيد: فاعل مرفوع وعلامة رفعه الضمة الظاهرة في آخره.
    بكراً:مفعول به منصوب وعلامة نصبه الفتحة الظاهرة في آخره.
  • ضربه زيد.
    ضرب: فعل ماض مبني على الفتح.
    ـه: ضمير متصل مبني على الضم في محل نصب مفعول به.
    زيد: فاعل مرفوع وعلامة رفعه الضمة الظاهرة في آخره.

2. Masdar / Maf’ul Mutlaq

Masdar adalah isim manshub yang datang ketiga dalam tasrif fi’il, contoh:
ضَرْبًا يَضْرِبُ ضَرَبَ
المصدر فعل المضارع الفعل الماضي

Dan yang dimaksud dengannya dalam jumlah adalah maf’ul mutlaq yaitu isim selain khobar yang berfungsi untuk taukid, menjelaskan jenisnya, dan menjelaskan bilangannya.

Contoh:

1. Aku benar-benar telah hafal pelajaran itu. حفظتُ الدرس حِفْظًا.
2. Aku mencintai ustadzku seperti kecintaan anak pada ayahnya. أحببتُ أستاذِي حبَّ الولدِ أباه.
3. Guru itu memukul pemalas dengan dua pukulan. ضرب المدرسُ الكسولَ ضَرْبَتَيْنِ.

Contoh no.1 adalah berfungsi untuk taukid, contoh no.2 berfungsi menerangkan jenis cintanya, dan contoh no.3 berfungsi menerangkan bilangan pukulannya.

Kalau kita I’rob contoh di atas, maka:

حفظتُ الدرس حِفْظًا
حفظتُ : فعل وفاعل
الدرس : مفعول به منصوب وعلامة نصبه الفتحة الظاهرة في آخره.
حفظا : مفعول مطلق منصوب وعلامة نصبه الفتحة الظاهرة في آخره.

Apabila lafadz yang digunakan untuk maf’ul mutlaq itu adalah lafadz fi’ilnya seperti kita lihat dalam contoh satu maka disebut maf’ul mutlaq lafdziy. Akan tetapi bisa juga kita menggunakan lafadz yang berbeda dengan lafadz fi’ilnya namun sama dalam ma’nanya, maka ini disebut maf’ul mutlaq ma’nawiy.

Contoh:ضَرَبْتُهُ لَكْمًا.

الضَّرْبُ dan اللَّكْمُ ma’nanya adalah sama yaitu pukulan.

3. Dhzorof

Ada dua, yaitu:

1. Dhzorof Zaman ( ظرف الزمان ), yaitu isim manshub yang menunjukkan zaman/waktu. Contoh: صُمْتُ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ , yang bergaris bawah adalah dhzorof zaman manshub.

2. Dhzorof Makan ( ظرف المكان ), yaitu isim manshub yang menunjukkan tempat. Contoh:وَقَفَ التلاميذ أمامَ المدرسةِ , yang bergaris bawah adalah dhzorof makan manshub.

Tabel lafadz-lafadz yang digunakan sebagai dhzorof
ظرف الزمان ظرف المكان
Waktu mulai terbit matahari sampai tenggelamnya. اليَوْمَ Di depan. أَمَامَ
Waktu mulai tenggelam matahari sampai terbit fajar. اللَّيْلَةَ Di belakang. خَلْفَ
Waktu antara sholat shubuh sampai terbit matahari. غَدْوَةً Di belakang. وَرَاءَ
Awal siang. بُكْرَةً Di atas. فَوْقَ
Akhir malam sesaat sebelum fajar. سَحَرًا Di bawah. تَحْتَ
Besok. غَدًا Di samping. عِنْدَ
Waktu sepertiga malam pertama. عَتَمَةً Di balik. إِزَاءَ
Waktu mulai sepertiga malam kedua sampai tergelincir matahari di siang hari. صَبَاحًا Di samping. حِذَاءَ
Waktu mulai tergelincir matahari siang hari sampai pertengahan malam. مَسَاءً Di hadapan. تِلْقَاءَ
Untuk masa yang akan datang tanpa batas. أَبَدًا Di sana. ثَمَّ
أَمَدًا Di sini. هنُاَ
Waktu yang tidak tentu mulai dan berakhirnya. حِيْنًا

4. Hal ( الحال )

Yaitu isim manshub yang menafsirkan keadaan yang tidak jelas.
Keadaan di sini bisa keadaan fa’il , keadaan maf’ul, keadaan khobar, dan keadaan isim majrur dengan huruf atau dengan idhofah.

Contoh yang menafsirkan keadaan fa’il:

  • Telah datang Abdulloh berkendaraan. جَاءَ عَبْدُ اللهِ رَاكِبًا.

رَاكِبًا adalah hal manshub dan tanda nashobnya fathah, menerangkan fa’il yaitu Abdulloh yang datang dalam keadaan berkendaraan.

Contoh yang menafsirkan keadaan maf’ul:

  • Saya bertemu Abdulloh yang sedang berkendaraan. لَقِيْتُ عَبْدَ اللهِ رَاكِبًا.

رَاكِبًا adalah hal manshub dan tanda nashobnya fathah, menerangkan fa’ilnya yaitu Abdulloh yang sedang naik kendaraan.

Contoh yang menafsirkan khobar:

  • Kamu adalah sahabatku yang sejati. أَنْتَ صَدِيْقِيْ مُخْلِصًا.

مُخْلِصًا adalah hal manshub dan tanda nashobnya fathah, menerangkan khobar yaitu صَدِيْقِيْ .

Contoh yang menerangkan isim majrur dengan huruf:

  • Saya melewati Hindun yang sedang naik kendaraan. مَرَرْتُ بِهِنْدٍ رَاكِبَةً.

رَاكِبَةً adalah hal manshub dan tanda nashobnya fathah, menerangkan isim majrur dengan huruf yaitu بِهِنْدٍ.

Contoh yang menerangkan isim majrur dengan idhofah(akan lebih jelas keterangannya dalam BAB. MAJRUUROOT insya Alloh) :

  • Ikutilah ajaran Ibrohim yang lurus. أَنِ اتَّبَعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيْمَ حَنِيْفًا.

حَنِيْفًا adalah hal manshub dan tanda nashobnya fathah, menerangkan isim majrur dengan idhofah yaitu إِبْرَاهِيْمَ.

o Syarat-syarat hal:

1. Hal harus isim nakiroh.
2. Datang setelah kalam sempurna.
3. Pemilik hal adalah ma’rifah.

Lihat dan perhatikan kembali contoh-contoh di atas!

5. Tamyiz ( التمييز )

Yaitu isim manshub yang menafsirkan ketidakjelasan yang ada pada dzat.
Ada dua jenis:

1. Tamyiz Dzat ( تمييز الذات ), aka ada setelah bilangan dan ukuran.
Contoh:

1. Sesungguhnya saya telah melihat sebelas bintang. إِنِّيْ رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا.
2. Saya telah membeli satu liter minyak. اِشْتَرَيْتُ رِطْلاً زَيْتًا.

كَوْكَبًا adalah tamyiz dzat yang datang setelah bilangan yaitu أَحَدَ عَشَرَ. Sedangkan زَيْتًا adalah dzat yang datang setelah ukuran yaitu رِطْلاً. Keduanya manshub dengan tandanya masing-masing dengan fathah.

2. Tamyiz Nisbah ( تمييز النسبة ) dinamakan juga tamyiz jumlah karena menghilangkan ketidak jelasan nisbah/sandaran pada jumlah sebelumnya.

Contoh:

تفقأ شحمُ زيدٍ. الأصل فيه 1. تَفَقَّأَ زيدٌ شَحْمًا.
وفجرنا عيونَ الأرضِ. الأصل فيه 2. وَفَجَّرْنَا الْأَرْضَ عُيُوْنًا.
مَالِي أَكْثَرُ من مَالِكَ. الأصل فيه 3. أنا أَكْثَرُ منك مالًا.

o Syarat-syarat tamyiz:

1. Tamayiz itu nakiroh.
2. Datang setelah kalam sempurna.
Lihat dan perhatikan kembali contoh-contoh di atas!

6. Mustatsna dengan إلا

Menashobkan dengan syarat kalam sebelumnya itu taaman dan muujib.
Maksud Taaman ( تاما ) adalah disebutkan di dalamnya itu mustatsna minhunya.
Muujiban adalah tidak didahului oleh nafiy/peniadaan, nahi/larangan, dan istifham/pertanyaan.
Contoh:
Kaum itu berbicara kecuali Zaid. قَالَ الْقَوْمُ إِلَّا زَيْدًا.
زَيْدًا adalah mustatsna huruf istitsna إلا , wajib manshub karena disebutkan mustatsna minhunya yaitu الْقَوْمُ.

Apabila kalam sebelum إلا itu taaman namun tidak mujib (manfiy) maka boleh mengikuti sebagai badal dan nashob sebagai istitsna.
Contoh:
Kaum itu tidak berdiri kecuali Zaid. ما قام القومُ إلا زيدٌ.
زيدٌ marfu’ dan karena mengikuti القومُ, sebagai badal. Jumlah sebelum إلا ini manfiy karena didahului oleh ما النافية.

Dan apabila jumlah sebelum إلا itu naqish(lawan dari taaman) maka I’robnya sesuai dengan jumlah sebelum إلا , jadi bisa marfu’ atau manshub.
Contoh:
Aku tidak melihat kecuali Ali. ما رَأَيْتُ إلا عَلِيًّا.
عَلِيًّا manshub karena jumlah sebelumnya itu naqish yaitu tidak disebutkan mustatsna minhunya. Dan jumlah sebelumإلا butuh pada maf’ul maka عَلِيًّا manshub sebagai maf’ul.

Selain إلا ada beberapa huruf istitsna, yaitu:
Setelah huruf-huruf ini wajib majrur. سِوَى، سُوَى، سَوَاء، غَيْر
Setelah huruf-huruf ini boleh majrur dan boleh juga manshub. خَلَا، عَدَا، حَاشَا

7. Nakiroh setelah لا ( لا النافية للجنس )

Isim nakiroh setelah لا ini dihukumi manshub dengan syarat langsung tanpa ada yang menyelang dan tidak berulang-ulang.

Contoh:

Tidak ada seorang laki-lakipun di rumah itu. لا رجلَ في الدار.
رجلَ manshub karena dia adalah isim لا.

Apabila tidak secara langsung dan ada yang menyelang maka wajib marfu’ dan berulang-ulang. Contoh:
Di dalam rumah itu tidak ada seorang laki-laki pun dan tidak ada seorang perempuan pun. لا في الدار رجلٌ و لا امرأةٌ.
Perhatikan رجلٌ dan امرأةٌ dalam contoh di atas! Keduanya marfu’. Dan لا juga berulang-ulang.

Dan apabila secara langsung, namun berulang maka boleh marfu’ dan boleh manshub. Contoh:
Di dalam rumah itu tidak ada seorang laki-laki pun dan tidak ada seorang perempuan pun. لا رجل في الدار ولا امرأة.
Maka رجل dan امرأة boleh dibaca marfu’ ( رجلٌ، امرأةٌ ) dan boleh juga di baca manshub (رجلَ، امرأةَ ).

8. Munada ( المنادى )

Yang diseru, sedang untuk menyerunya disebut Nida.
Munada ini ada 5 jenis, yaitu:

a. Mufrod ‘Alam ( المفرد العلم ), mabniy ‘aladh dhommah.
Contoh: يا محمدُ , يا فاطمةُ , يا محمدان

b. Nakiroh Maqsudah ( النكرة المقصودة ), yaitu memaksudkan satu orang tertentu dengan lafadz nakiroh yang boleh dimutlakan padanya. Mabniy ‘aladh dhommah
Contoh: يا ظالمُ

c. Nakiroh Ghoiru Maqsudah ( النكرة غير المقصودة ), yaitu tidak memaksudkan satu orang tertentu. I’robnya manshub.
Contoh: يا عافلاً تنبهْ

d. Mudhof ( المضاف ) I’robnya manshub.
Contoh: يا طالبَ العلم
e. Syabih bil Mudhof ( شبيه بالمضاف ), yaitu sesuatu yang bersambung untuk menyempurnakan makna. I’robnya manshub.
Contoh: يا حَمِيْدًا فعلُهُ

9. Maf’ul Lahu

Dikenal juga maf’ul li ajlihi. Yaitu isim manshub yang disebutkan untuk menerangkan sebab adanya fi’il.
Syarat-syaratnya:

a. Masdar

b. Bersifat Qobiy(hati) yaitu bukan amal anggota badan.

c. Sebagai sebab dari yang sebelumnya.
d. Mengambil bersama amil dalam waktu.
e. Mengambil bersama amil dalam fa’il.

Contoh:
Saya memukul anak saya untuk mendidik. ضَرَبْتُ ابْنِي تَأْدِيْبًا.
تَأْدِيْبًا memenuhi criteria maf’ul lahu, jadi dia manshub.

10. Maf’ul ma’ahu

Isim manshub yang disebutkan untuk menerangkan siapa yang bersama-sama mengerjakan fi’il/pekerjaan.
Biasa didahului oleh wawu al ma’iyah.

Contoh:
Telah datang Amir bersama pasukan itu. جاء الأميرُ والجيشَ.
الجيشَ adalah maf’ul ma’ahu manshub, dan و adalah wawu ma’iyah.

11. Khobar كان

Contoh:
Ali dulu adalah seorang pedagang. كان علي تاجرًا
تاجرًا khobar كان manshub, sedangkan isimnya adalah علي marfu’.

12. Isim إن

Contoh:
Sesungguhnya Ali seorang pedagang. إن عليًا تاجرٌ.
عليًا isim إن manshub, sedangkan khobarnya تاجرٌ marfu’.

13 & 14 & 15 Tawabi’,

sudah terdahulu dalam bab Marfuu’aat.

Demikianlah Bab Al Manshuubaat Ihtisar Nahwu.

Posted in: Arabic Lessons | Tags: , , , ,

Leave a Reply

Your email address will not be published.